Kamis, 29 Desember 2011

bun bu ryu do

Membaca judul diatas pasti banyak dari Anda yang mengernyitkan dahi. Bun bu ryo do terdengar asing karena lebih populer saat karate belum masuk ke Jepang. Bun bu ryo do berarti seorang ahli (dalam hal ini karate) yang tidak hanya mahir bela diri namun juga menguasai ilmu yang lain. Masyarakat Okinawa memberikan julukan ini pada orang yang tidak hanya mahir teknik bela diri namun juga terpelajar. Karena saat itu hanya sedikit saja orang yang mendapat julukan ini. Di masa lalu hanya segelintir orang Okinawa yang punya kesempatan mengenyam pendidikan. Penduduk Okinawa mayoritas hidup sebagai petani dan nelayan sehingga praktis yang bisa merasakan pendidikan layak adalah golongan terpandang dan bangsawan. Bun bu ryo do mengisyaratkan pentingnya seorang praktisi bela diri mempunyai intelektualitas.
Dibanding dengan sekarang minat ahli bela diri jaman dulu untuk mencari ilmu memang luar biasa. Mereka seakan tidak pernah puas dengan ilmu yang pernah dimilikinya. Tidak jarang mereka harus keluar dari daerah sendiri menyeberang ke negeri seberang untuk mencari ilmu baru. Mereka seakan menghargai ilmu lebih tinggi dari segunung emas. Karena saat itu Okinawa mendapat pengaruh kuat dari Cina dalam hal budaya, maka kebanyakan ahli bela diri Okinawa memperdalam teknik bela dirinya di sana. Beberapa dari mereka tidak sekedar mengejar bela diri, ada juga yang belajar ilmu Cina yang lain. Sebagai contoh Kanryo Higashionna (pendiri Naha-te) selain belajar bela diri juga belajar ilmu pengobatan tradisional Cina. Dengan hanya mengandalkan transportasi laut mereka berani bolak-balik Cina – Okinawa. Seperti peribahasa “tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina” sangat populer di negeri kita ini. Namun yang terjadi di Okinawa bukan sekedar peribahasa namun kenyataan sebenarnya.

Tsune Ni Shinen Kufu Seyo

Selalu berpikir dan berbuat (tsune ni shinen kufu seyo). Prinsip ke-20 adalah yang paling sulit untuk diterjemahkan dengan jelas dalam bahasa Inggris. Apa yang ingin dikatakan oleh Master Funakoshi adalah jika sebuah teknik dasar sudah dipahami, maka adalah kebebasan tiap orang untuk terus memikirkan dan mengembangkan aplikasi baru yang sesuai dengan keadaan. Jalan terbaik untuk melihat lebih dalam pada hal ini adalah dengan memahami peran sesungguhnya dari instruktur. Istilah “sensei” dalam bahasa Jepang berarti “orang yang sudah lebih dulu” atau “orang yang sudah berpengalaman.” Kata yang lain adalah “shizen”, yang berarti “memberi petunjuk.” Seorang sensei hanya dapat menerangkan atau menunjukkan dasar-dasar, dia tidak dapat melakukan gerakan untukmu. Master Funakoshi tidak pernah berkata, “contohlah apa yang sedang kulakukan,” dia hanya menunjukkan atau memperbaiki gerakan kami. Seorang guru hanya hanya bertindak sebagai seorang pemberi petunjuk karena setiap orang mempunyai keadaan tubuh yang berbeda. Adalah tugas murid untuk mencari tahu lewat caranya sendiri dengan bergantung pada pikiran dan tubuhnya sendiri.

Selasa, 26 Juli 2011

Ilmu Beladiri

“ Ilmu Beladiri “ dijaman sekarang telah menjadi ajang pamer kegagahan, keindahan “ Seni” dan kekuatan fisik belaka. Mereka seakan “Lupa” bahwa Inti dari belajar Beladiri adalah untuk mendapatkan “ Ilmu beladiri “ yang tidak terbatas hanya pada pengertian sempit yaitu “ Ilmu berkelahi “ saja.
“ Ilmu Beladiri Sejati “ memiliki makna yang sangat luas bagi kehidupan yang sedang kita jalani ini, karena didalam ilmu tersebut diajarkan bagaimana kita dapat mengalahkan tantangan-tantangan hidup yang datang dari luar yaitu : cuaca panas- dingin, mencari nafkah,kelaparan, haus, serangan binatang buas atau manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki rasa welas asih serta datangnya penyakit, demikian pula serangan yang datangnya dari dalam diri sendiri, seperti halnya perasaan takut, cemas, frustrasi,ragu-ragu, kebencian, kemarahan, kesedihan dan kesenangan yang berlebihan.

Semua itu hanya dapat dihadapi dan ditanggulangi dengan memiliki “Ilmu Beladiri Sejati “ yang berisikan  tentang kesadaran sejati, sikap belas kasih, penyabar, menghormati dan menghargai orang lain, suka menolong, kejujuran, kesungguhan hati, kesetiaan, keberanian, menggunakan logika, ketegaran hati, jiwa besar dan jiwa kesatria.
Sebagai manusia yang berilmu dan berpengetahuan, kita  harus “menghargai diri kita sendiri “, tidak benar jika kita membiarkan diri kita dianiaya baik secara fisik maupun perasaan oleh pihak lain,… “ Orang yang berjuang untuk membela dirinya sendiri dapat digolongkan sebagai orang yang sedang melaksanakan Ibadah”.

Guna Latihan Senjata....

Ini adalah sebuah pertanyaan yang sering di tanyakan oleh kebanyakan seniman beladiri. Penggunaan sebuah senjata memiliki percabangan moral dan legal yang membuat latihan senjata kuno kurang menarik, namun disisi lain masih memiliki daya tarik tersendiri.
Banyak seniman beladiri yang berlatih atau mempelajari senjata hanya murni sebagai olah raga (sport) sebagaimana yang mereka lakukan terhadap bentuk-bentuk beladiri lainnya. Kata (jurus) beladiri senjata, seperti kata beladiri tangan kosong di buat atau di modifikasi agar memberikan daya tarik untuk olah raga (sport) daripada untuk aplikasi praktis atau aplikasi tradisional. Hal ini lebih di dasarkan atas daya tarik estetik atau perasaan yang menimbulkan rasa “wah” dari kebanyakan senjata sebagaimana yang di gambarkan di film-film dan televisi.

cross training camp Yamabushi 2011

Ciwangon, Cimahi , Jawa Barat, 25 - 26 Juni 2011
Yamabushi Karate Dojo menyelenggarakan cross training camp bersama dengan perguruan lain yaitu
  1. SKCI = Shotokan Karatedo Club Indonesia
  2. Gokindokai
  3. Goluindo = Goju ryu jujutsu internasional karatedo
  4. KJI = Kushin Ryu Jujutsu Indonesia